Pandemi ubah cara pandang saya, pandemi ubah perilaku saya, mulai dari perubahaan cara berpikir untuk mempertahankan mental agar tak tergerus rasa kekhawatiran dalam kondisi saat ini, merubah pola hidup yang lebih sehat, tidur lebih awal dan bangun lebih pagi di ikuti dengan berolaraga pagi..dan yang tak kalah penting membuat diri saya jauh lebih taat berkomunikasi dengan sang pencipta, bersyukur dan takjub akan kuasanya, alhasil membuat perilaku saya jauh lebih baik dari sebelumnya
mental atas pandemi berikan saya pandangan baru tentang perilaku manusia sebenar nya.
Bayangkan Hari hari ini ketika kita menghidupkan ponsel, handphone kita hanya disajikan content dengan situasi pandemic,Koran mungkin tak lagi populer, semua portal berita kini bermigrasi jadi online, memudahkan kita mencari informasi dalam genggaman. Berita mengenai virus Corona sebenar nya sudah saya ikuti sejak awal januari tahun 2020 kemarin. Meski penyebaran nya saat itu masih terbatas di China. Bulan Maret kemarin, akhirnya rasa dari kekhawatiran saya pun tiba, dengan adanya berita bahwa Indonesia akhirnya mengkonfirmasi kasus pertama nya dalam penyebaran wabah virus satu ini.
Media informasi online bersahut-sahutan di berbagai platform sosial media, memberitakan segala hal yang berkaitan virus tersebut. Tiba tiba saja persona berita yang terus menerus memborbardir dan memberikan effect negatif, yang kemudian memunculkan kepanikan pada masyarakat, termasuk dari lingkungan saya sendiri. Rekan kantor saya pun tak luput, dan menjadi akhir dari kekhawatiran yang berujung dengan banyak nya perubahan dan melakukan beberapa tindakan antisipasi serta suasana yang tidak lagi normal seperti biasanya.
Treatment sebuah negara atas suatu bencana atau kejadian luar biasa ini dapat terlihat jelas pada wabah ini. Meski tidak men-generalisir, beberapa negara dengan aturan ketat pada negara nya cenderung sukses dalam menangani penyebaran virus Corona. Ambil contoh Cina, pusat dari wabah ini, gerak cepat pemerintah dan ‘nurut’ nya masyarakat akan perintah dari pemimpin negara membuat wabah ini sudah cukup menurun drastis di negara nya. Selain itu, Singapura juga demikian, negara kecil ini mampu mengatasi penyebaran virus seminimal mungkin, walau negara nya termasuk negara dengan kunjungan warga asing cukup tinggi dibanding negara Asia Tenggara lain nya.
Hal ini cukup berbanding terbalik dengan negara yang cenderung besar dan adidaya. Amerika Serikat adalah contoh nyata dalam hal ini. Menjadi raja ketiga dari penyebaran virus Corona terbesar hingga hari tulisan ini saya ketik. Negara ini cenderung santai dan tenang saja ketika wabah Corona mulai merebak di beberapa negara setelah Cina. Tidak bisa dipungkiri, peran pemerintah serta jajaran kabinet nya memainkan peran penting.
“Trump dismissed Coronavirus Pandemic worry in January – now claims he long warned about it.” CNBC
“We Had it under control.” Donald Trump ketika ditanya kebijakan nya terkait wabah Corona.
Pada headline artikel yang dimuat oleh CNBC. Donald Trump, dengan segala eksistensi dan ‘kehebohan’ nya saat itu berkelakar bahwa virus Corona dapat mudah diatasi oleh negara nya pada awal Januari tahun ini. Lalu kini, ketika US menjadi pemuncak pasien terbanyak diseluruh dunia, ia mengatakan bahwa ia sudah tahu bahwa wabah ini akan menjadi pandemi, jauh sebelum WHO mengumumkan nya. Dua buah statement yang bertolak belakang ini menjadikan ia diserang habis-habisan oleh oposisi dan negara lain.
Dua sudut pandang dari dua negara yang berbeda ini membuat saya berfikir, bagaimana sebuah negara besar dan adidaya semacam Amerika bisa kewalahan dalam menangani virus ini. Menurut analisa dengan pemikiran awam saya, Amerika sebagai negara adidaya jarang sekali mengalami hal yang bersifat force majeur seperti ini. Beberapa kendala besar yang pernah mereka alami seperti krisi ekonomi di tahun 2008 dan peristiwa 9/11 sepertinya tak membuat mereka belajar untuk lebih siap menghadapi segala macam hal sebagai tindakan preventif.
Saya beruntung hal ini tidak terjadi 100% sama di Indonesia. Meski di klaim sedikit terlambat menurut para ahli, namun penyebaran virus Corona di Indonesia setidaknya sudah dapat di telisik jejak penyebaran nya atau mungkin saja yang terjadi tidak fakta nya tidak sedemikian dengan pemikiran polos saya.
WHO juga sudah mengumumkan wabah virus Corona ini sebagai pandemi, yang artinya para pemimpin negara tidak boleh meremehkan sedikit pun tentang wabah ini.
Virus terus berkembang, gelagat masyarakat nya perlahan sudah mulai bisa dibaca. Sekelompok orang ignoran sudah mulai membeli stok makanan secara gila-gilaan. Kelompok lain berusaha memanfaatkan kondisi ini untuk menimbun alat kesehatan semacam APD dan masker demi keuntungan pribadi. Namun ditengah kelakar manusia yang bersifat negatif ini, beberapa juga menunjukkan kepedulian nya pada sesama, mulai dari mereka yang berbagi baik dana maupun peralatan dan konsumsi bagi mereka yang membutuhkan.
Pandemi mengubah cara dan kebiasaan orang. Kini hampir jarang saya menemui orang yang tak memakai masker ketika berada diluar rumah, jalanan ibukota pun kini terasa lengang sekali setelah pemerintah memutuskan untuk ‘merumahkan’ ribuan karyawan dan anak sekolah. Dampak ekonomi jelas pasti akan terasa, namun dari semua nya, dampak sosial adalah aspek penting yang harus di pertimbangkan.
Saya membaca dari beberapa sumber yang melakukan sebuah penelitian yang dilakukan oleh POLITICO MAGAZINE. Pandemi ini akan mengubah hampir seluruh aspek dalam kehidupan manusia ketika wabah ini berakhir. Orang-orang akan lebih menghargai bidang pekerjaan tenaga kesehatan. Peneliti, dokter, hingga suster, akan memiliki derajat yang lebih tinggi ketika wabah ini selesai. Masyarakat akan lebih menghargai keberadaan mereka, siapa sangka mungkin cita-cita anak akan mulai kembali pada bidang pekerjaan ini? Bukan lagi pada bidang teknology yang digadang gadang merupakan sebuah pekerjaan yang menjanjikan untuk masa depan.
Sudut pandang ekonomi pun mungkin akan berubah, Kishore Mahbubani dalam artikel nya di foreignpolicy mengatakan bahwa bukan tidak mungkin, setelah wabah ini selesai, kiblat ekonomi tak lagi berpatokan pada USA. Akan ada
kecendrungan China-centric Globalization. Yang artinya, Cina akan mulai dipandang oleh negara-negara lain dari segi ekonomi dan sejenisnya. Aspek yang mendorong naiknya kepercayaan negara lain adalah sukses nya mereka menangani penyebaran wabah ini.
Sebagai penutup, saya sarankan untuk selalu update untuk memburu informasi yang dapat sedikit mencerahkan kita,
Kutipan dari, Thomas L. Friedman dalam tulisan nya yang dimuat di New York Times mengatakan bahwa wabah ini akan dimuat dalam sejarah layaknya informasi perang dunia. Akan ada perbedaan historis sebelum wabah terjadi, dan setelah wabah selesai. Namun satu yang saya syukuri, adanya wabah ini akhirnya akan membuka mata saya tentang dunia, industri, bahkan politik, Kita nantikan era baru dalam dunia ini Bersama sama.
sponsor Jasa Reflexology massage